SEJARAH
PERKEMBANGAN
TEORI OKSIDASI REDUKSI
Manusia
pada zaman purba telah lama mengenal api sebagai “dewa” yang memegang peranan
penting dalam berbagai proses kimia. Sifat api yang panas dan bercahaya membuat
para ilmuwan kimia tertarik untuk mengkaji lebih lanjut tentang keberadaan dan
kegunaan api. Mereka kemudian melakukan berbagai eksperimen tentang api, mereka
mencoba membakar semua benda yang ada di sekitar mereka,dari mulai jenis batuan
hingga logam.
Semenjak
abad ke-2 para ilmuwan satu persatu telah berhasil mempelajari dan memahami
keberadaan api dengan melahirkan teori-teori tentang proses pembakaran.
Masing-masing dari mereka mempunyai pandangan yang berbeda tentang proses
pembakaran. Seperti halnya Philo,seorang
penulis asal Yunani yang telah mengamati proses pembakaran pada lilin menyala
yang berada di dalam labu. Dari percobaanya Philo mengemukakan bahwa sebagian
udara dalam labu tersebut diubah menjadi unsur api, sehingga dapat
melepaskan diri dari labu melalui pori-pori kaca. Eksperimen tentang proses
pembakaran berlanjut hingga abad ke-16, seorang ahli Fisika berkebangsaan
Inggris, Robert Hooke mengemukakan
teorinya pada tahun 1667 bahwa udaralah yang menyebabkan terjadinya pembakaran,
sedangkan api atau nyala lilin hanyalah akibat adanya panas yang tinggi.
Sementara itu masih pada tahun 1667, proses pembakaran juga telah menarik
perhatian seorang dokter berkebangsaan Jerman yang juga sebagai ahli kimia dan
ahli ekonomi, Johann Joachim Becher.
Dalam bukunya yang berjudul “Physica
Subterania” ia mencoba membuat hubungan antara fisika dan kimia, serta ia
mengemukakan pendapatnya bahwa benda-benda itu terdiri atas udara,air dan
mineral, dimana mineral ini terdiri dari tiga konstituen, yaitu terra pinguis, terra mercurialis dan terra lapida. Terra pinguis adalah
bagian yang mudah terbakar, sehingga dalam proses pembakaran, apabila suatu
logam dibakar maka terra pinguis ini akan hilang dan tinggalah terra
mercurialis dan terra lapida. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembakaran
adalah proses penguraian yang dapat membuat bagian yang mudah terbakar akan
hilang.
Pada
tahun 1731 pendapat J.J. Becher ini kemudian dikembangkan oleh Georg Ernest Stahl seorang Dokter
berkebangsaan Jerman yang mulai tertarik untuk memahami tentang teori
pembakaran yang telah di kemukakan oleh Becher. Stahl menerima pendapat Becher
tentang terra pinguis pada suatu benda, hanya saja untuk menjelaskan teorinya
ia memakai istilah flogiston. Kata
flogiston berasal dari bahasa Yunani yaitu “phlox” yang berarti nyala api. Apabila
ada suatu benda terbakar , maka flogiston akan keluar dari benda tersebut dan
diberikan pada udara sekitarnya, sedangkan bagian yang
tersisa setelah terbakar merupakan bentuk asli materi tersebut. Menurut Stahl
semua benda pada hakikatnya memiliki flogiston, hanya saja ada yang jumlahnya
banyak dan ada yang sedikit. Apabila suatu benda benda terbakar secara hebat
dan meninggalkan sedikit residu (misalnya kayu bakar), dianggap memiliki kadar
flogiston yang sangat tinggi, sedangkan bahan-bahan yang tidak mudah terbakar
dan berkorosi (misalnya besi ) mengandung sedikit flogiston. Tidak hanya itu,
Stahl juga mengemukakan bahwa flogiston hanya dapat keluar apabila ada medium
yang menerimanya, misalnya udara. Pendapat Stahl tentang pembakaran ini menarik
perhatian para ahli kimia dan mereka memakainya untul menerangkan hal-hal yang
belum jelas seperti Teori Oksidasi Reduksi (Redoks).
Apabila kita mendengar kata Oksidasi tentu
sangan erat kaitanya dengan oksigen. Salah satu proses oksidasi yang terkenal
sejak zaman purba adalah proses pembakaran suatu zat. Meskipun telah lama
dikenal namun upaya untuk memahaminya baru pada akhir abad ke-17 oleh Becher
dan Stahl dengan teori Flogistonnya. Sementara itu sekitar abad ke-18 dengan
adanya penemuan Hidrogen oleh Henry Cavendish dan penemuan Oksigen oleh Joseph Priestley, ternyata mampu meruntuhkan teori Flogiston. Keadaan ini
diperkuat oleh Antoine Laurent Lavoisier
pada akhir abad ke-18 yang membuktikan bahwa pada proses pembakaran sebenarnya
yang terjadi bukan hilangnya flogiston tetapi bergabungnya oksigen dari udara
dengan benda yang terbakar. Teori Lavoisier ini dapat diterima oleh para ahli
kimia karena melibatkan oksigen, maka proses pembakaran yang melibatkan oksigen
ini dinamakan proses Oksidasi.
Setelah ditemukannya
elektron dan konsep mengenai struktur atom, akhirnya teori Lavoisier ini
mengalami perkembangan, sehingga secara otomatis konsep tentang teori Oksidasi
pun mengalami perubahan. Dalam hal ini, elektron ikut berperan dalam reaksi
oksidasi-reduksi, atom yang menyumbangkan elektron akan dioksidasi dan atom
yang menerima elektron akan direduksi. Oksidasi reduksi seperti dua sisi
dari selembar kertas, jadi tidak mungkin oksidasi atau reduksi berlangsung
tanpa disertai lawannya. Bila zat menerima elektron, maka harus ada yang
mendonorkan elektron tersebut. Dalam oksidasi-reduksi, senyawa yang menerima
elektron dari lawannya disebut oksidan (bahan pengoksidasi) sebab lawannya akan
teroksidasi. Lawan oksidan, yang mendonorkan elektron pada oksidan, disebut
dengan reduktan (bahan pereduksi), oleh karena itu lawan dari proses Oksidasi
disebut proses
Reduksi. Pada dasarnya teori oksidasi reduksi ini
memiliki kemiripan dengan teori flogiston. Pada teori flogiston oksidasi adalah
hilangnya flogiston, sedangkan pada teori elektron oksidasi ialah keluarnya
elektron.
Teori
Redoks akhirnya berkembang dengan adanya bilangan
oksidasi (keadaan oksidasi). Bilangan oksidasi menunjukan kelebihan atau
kekurangan elektronnya, artinya bilangan oksidasi adalah muatan bersih atom
atau yang diperkirakan jika ikatanya sepenuhnya ion. Dalam konsep
oksidasi-reduksi dapat dikatakan sebagai reaksi
reduksi apabila ia selalu mengurangi bilangan
oksidasi, begitupun dikatakan sebagai reaksi
oksidasi apabila mengalami kenaikan bilangan
oksidasi. Dalam menentukan bilangan oksidasi, kita menganggap seolah-olah
elektron-elektron dipindahkan sepenuhnya dari satu atom ke atom lain. Meskipun
pada kenyataanya elektron tersebut hanya dibagi secara tidak merata.
Daftar
Pustaka
Gonick,L. dan Criddle,
C. (2006). Kartun Kimia. Jakarta:
Kepustakaan Populer Gramedia
Poedjiadi,A.
dan Soemodimedjo,P. (2001).Kimia dari
Zaman ke Zaman. Bandung: Penerbit Yayasan Cendrawasih
Takeuchi,
Y. ( 2008 ). Konsep Oksidasi Reduksi
. [online]. Tersedia : http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_dasar/oksidasi_dan_reduksi1/konsep-oksidasi-reduksi/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar